Fenomena Alam Bulan Gerhana Total Super Blood Moon yang Terlihat di Indonesia

Jakarta Beberapa hari lagi, masyarakat Indonesia bisa menyaksikan fenomena alam sangat langka, yakni gerhana bulan complete yang menghasilkan 'Bulan Merah Darah' alias 'Super Blood Moon'.

Ini akan menjadi fenomena supermoon yang paling besar dan terang, mengingat posisi Bulan akan berada 158 kilometres lebih dekat ke Bumi. Adapun jadwal gerhana, menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), terjadi pada Rabu, 26 Mei 2021 mendatang, bertepatan dengan Hari Raya Waisak.

"Gerhana bulan overall yang akan terjadi pada tanggal 26 Mei mendatang akan sangat spesial, karena gerhana Bulan kali ini beriringan dengan terjadinya Perige, yakni ketika Bulan berada di jarak terdekatnya dengan Bumi," papar LAPAN dalam akun resmi Instagram.

LAPAN menjelaskan, lebar sudut Bulan kali ini diprediksi lebih besar 13,77 persen ketimbang ketika ia berada di titik terjauh dengan Bumi (apoge). Kecerlangannya 15,6 persen lebih terang dibanding dengan rata-rata, serta 29,1 persen lebih terang ketimbang bulan apoge.

Saat Gerhana Bulan Overall (GBT) terjadi, jarak Bulan dengan Bumi diperkirakan mencapai 357.461 kilometer.

GBT dapat disaksikan di seluruh Indonesia dari arah Timur-Tenggara hingga Tenggara lewat konstelasi Scorpius, tanpa menggunakan alat bantu optik apapun. Durasi fase complete gerhana kali ini cukup singkat, yakni 14 menit 30 detik.

Adapun untuk waktunya, awal penumbra terjadi pada pukul 15.46.12 WIB atau 16.46.12 WITA, atau 17.46.12 WIT. Puncak gerhana terjadi pada pukul 18.18.43 WIB, atau 19.18.43 WITA, atau 20.18.43 WIT (delta T=69 detik), dengan magnitudo umbra 1,0153 dan size penumbra 1,9787.

Provinsi Papua akan menjadi wilayah yang kebagian menyaksikan fase awal hingga akhir penumbra.

Sementara Provinsi Maluku Utara, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo bagian Timur, Sulawesi Tengah bagian Timur, Kepulauan Selayar dan Sulawesi Tenggara hanya bisa menyaksikan awal sebagian hingga akhir penumbra.

"Sebagian besar Sumatera Utara termasuk Pulau Nias bagian Selatan dan Kepulauan Batu, Sumatera Barat dan Riau bagian barat hanya bisa menyaksikan fase U3 (akhir complete hingga p4 (akhir penumbra) dikarenakan bulan sudah mengalami gerhana total ketika terbit," jelas LAPAN di situs internet resminya.

Sementara untuk wilayah seperti Riau bagian Timur hingga Lampung dan Kepulauan Riau, pulau Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Gorontalo bagian Barat hingga Sulawesi Selatan dapat menyaksikan fase awal complete hingga akhir penumbra.

Gerhana Bulan Total (GBT) sendiri terjadi akibat konfigurasi Bulan, Bumi, dan Matahari yang membentuk satu garis lurus dan Bulan berada di sekitar simpul orbitnya (perpotongan antara orbit Bulan dan ekliptika), sehingga Bulan memasuki bayangan umbra Bumi.

Pada fase ini, Bulan akan terlihat oleh penduduk di Bumi berwarna merah darah, sehingga fenomena Gerhana Bulan Total disebut juga sebagai Super Blood Moon. Fenomena ini menghasilkan penampakan Bulan 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dibanding fase mikro.

"Bulan akan tampak merah karena pembiasan cahaya Matahari oleh lapisan atmosfer Bumi. Oleh karenanya GBT kali ini disebut juga dengan bulan merah darah atau very blood moon," papar LAPAN.

Nama merah darah diambil dari rona kemerahan yang muncul saat Bumi melemparkan bayangannya ke seluruh Bulan selama fase Gerhana Bulan Total amount. Warna merah itu adalah bayangan Bumi yang berasal dari atmosfer.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jokowi Meminta OJK Mengawasi Penipuan Pinjaman Online (Pinjol) Dengan Bunga Yang Mencekik

Ridwan Kamil Tak Kuasa Menahan Haru Saat Mengunjungi Museum Tsunami di Aceh

Pemkot Bekasi Perketat Aktivitas Warga Terkait Penyebaran Covid-19 Pada Saat Nataru 2022